Rabu, 17 Februari 2010

Tata Ruang dan Arsitektur


Tata ruang dan tata letak bangunan ditata berdasarkan tata ruang dan tata letak asli sebelum dipugar namun dimensi disesuaikan dengan teknik pelaksanaan bangunan sehingga tidak terjadi cucuran atap yang saling bersentuhan bahkan saling menutup satu dengan yang lain. Hal ini akan mendapat perhatian khusus karena areal natar Jeroan Pura cukup sempit untuk jumlah palinggih Meru yang ada. Bangunan palinggih dan bale yang semula ada di Pura Penataran Agung Klungkung adalah sebanyak 24 bangunan, terdiri dari:
01. Gedong Ngerurah
02. Meru Tumpang 3
03. Meru Tumpang 5
04. Meru Tumpang 7
05. Meru Tumpang 9
06. Meru Tumpang 11
07. Padmasana
08. Pepelik
09. Pepelik
10. Pepelik
11. Palinggih Arca
12. Pasimpenan
13. Piyasan
14. Pengaruman
15. Sapta Petala
16. Panggungan
17. Bale Gegitaan
18. Kori Agung
19. Bale Agung
20. Bale Pesandekan
21. Bale Gong
22. Bale Kulkul
23. Candi Bentar
24. Panyengker

Pada rencana pemugaran, diusulkan beberapa perubahan untuk menampung kegiatan ritual, antara lain:
  • Palinggih Bale Agung dipindah ke daerah hulu di lokasi Bale Gong sekarang sedangkan lokasi Bale Gong digeser menempati posisi Bale Agung sekarang. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa status Bale Agung bersifat lebih sakral dibandingkan dengan Bale Gong.
  • Atas pertimbangan penambahan bangunan, menampung jumlah pamedek yang bersembahyang dan terutama menampung kegiatan nyanggra palelastian Pura Agung Besakih, dilakukan penataan ruang-ruang penunjang. Penetapan tata ruang tersebut antara lain dengan menetapkan fungsi aktifitas pada Utama Mandala (Jeroan) di sisi timur, Madya Mandala (Jaba Tengah) di sisi barat utamaning mandala, dan Nista Mandala (Jaba Sisi) di sisi barat madya mandala.
  • Perantenan Suci yang terkait dengan kegiatan persiapan sesajen dan perangkat upakaraditempatkan di sisi timur yang sebelumnya merupakan tegalan dan pada jaman dulu diduga sebagai beji pura.
  • Atas pertimbangan kondisi site, di bagian sisi barat pura yang berbatasan dengan jalan masuk dibuat perluasan sebagai daerah bancingah pura termasuk penataan parkir.
  • Bahan bangunan bataran, yang sebelumnya menggunakan bahan campuran bata, paras dan bahkan plesteran diusulkan menggunakan kombinasi paras dan bata merah pres dengan tampilan dan dimensi yang serasi antara satu bangunan dengan bangunan lain.
  • Bahan bangunan bunga palinggih dan Bale menggunakan bahan kayu dengan kelas kuat yang berkualitas baik, dilengkapi dengan jenis kayu yang mengikuti ketentuan susastra (cempaka, majegau, atau jati)
  • Bahan atap bangunan palinggih dan bale menggunakan ijuk, sedangkan bahan penutup atap untuk perantenan dan pangempon dapat menggunakan atap genteng.
  • Secara keseluruhan, langgam arsitektur bangunan palinggih, bale, candi, dan panyengker menampilkan langgam yang seirama dengan bangunan parhyangan ciri khas Klungkung. Langgam asli arsitektur Pura Penataran Agung Klungkung masih dapat ditemukan pada dinding bangunan Meru Tumpang Solas, Bataran Bale Agung dan palinggih Sapta Petala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar